dmasiv

  • d'Masiv


    d'Masiv adalah band yang terbentuk di Ciledug pd tanggal 03 Maret 2003. sekumpulan anak muda yang gemar bermain musik rajin ikut festival dan parade band yang pernah ada dan Menjadi bintang tamu dalam beberapa event musik yang ada di jakarta dan sekitarnya. Mereka adalah:
    Vocal:Rian Ekky Pradipta 
    (Rian)
    Lahir di Jogjakarta 17 Nov 86 
    Guitar:Dwikky Aditya Marsall (Kiki)
    Lahir di Jogjakarta 23 Nov 88
    Guitar:Nurul Damar Ramadhan 
    (Rama)
    Lahir di Jakarta 2 Mei 87
    Bass:Rayyi Kurniawan I.D.
    (Rai)
    Lahir di Jakarta 3 Mar 88
    Drum:Wahyu Piadji
    (Why)
    Lahir di Jakarta 1 Feb 87
    Setelah menjelajahi berbagai festival yang ada akhirnya d'Masiv mengakhiri pertempurannya di ajang festival dengan menjuarai Festival Musik akbar yang diselenggarakan oleh Deteksi Prod, disponsori oleh A mild (Sampoerna), dan didukung oleh Musica Studio yang dinamakan A Mild Live Wanted. Alhamdulillah d'Masiv berhasil menjadi 1st Winner dari A Mild Live Wanted Rising Star ., d'Masiv telah Mengeluarkan album PerdanaNya yg bertitle PERUBAHAN with hits single 'CINTA INI MEMBUNUHKU', 'DI ANTARA KALIAN', 'DIAM TANPA KATA', dsb,. sebagai hadiah utama dr memenangkan ajang A Mild Live Wanted ini. Semoga kehadiran d'Masiv dibelantika musik Indonesia dpt diterima oleh masyarakat & memberi perubahan positif secara universal bwt musik indonesia., Amiiin.,
  • Who I Want to Meet: 
    PERJALANAN

    Rian (vokal)
    Kiki (gitar) 
    Rama (gitar)
    Rayyi (bas)
    Why (drum) 

    Tak berpuas diri dengan mencetak rekor RBT-NSP total sekitar 7,5 juta kali unduh lewat dua rilisan sebelumnya – Perubahan (2008) dan Special Edition (mini-album, 2009) – d’Masiv bersiap melepas Perjalanan, album teranyar di penghujung tahun ini. 

    Bukan tanpa alasan jebolan ajang kompetisi band A Mild Live Wanted 2007 ini, meniteli album tersebut, Perjalanan. 

    “Seluruh materinya kami buat di sela-sela tur, atau di perjalanan. Sehingga kata ‘perjalanan’ memang paling pas buat menggambarkan album ini,” tutur Rian, vokalis, yang menyiptakan hampir seluruh materi di album ini. 

    Biar begitu, Rian dan kawan-kawan sama sekali tak merasa terbebani selama menjalani proses produksi album ini. Bahkan jika dibanding album debut, yang prosesnya disebut Rian bak “dikejar-kejar setan”, Perjalanan sepenuhnya dikerjakan dalam suasana rileks, in-control. 

    “Kami semua punya cukup waktu untuk merevisi apa yang kami dengar dan rasa kurang. Kami pun punya keleluasaan untuk membuat lagu seperti yang kami inginkan,” terang Rian lagi. 

    Hal itu, tambah Rian, tak terjadi di album perdana. Mengejar deadline, kebanyakan materi yang ada di album terdahulu tercipta dengan metode jamming di studio. Tanpa kemudian didengar secara lebih detail terlebih dahulu, materi yang sudah disetujui oleh label – Musica Studio’s – langsung diusung ke dapur rekaman. 

    Hasilnya, 

    “Setelah dirilis ada saja yang menuduh kami sengaja menjiplak band ini atau itu. Padahal, itu tidak benar. Ketika jamming, apapun bisa terjadi. Termasuk munculnya nada-nada yang terdengar mirip dengan lagu lain…,” ujar Rian. 

    “Ya. Ketika jamming, kami tak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang kami mainkan. Jadi mungkin saja kalau kemudian muncul melodi atau bagian yang mirip dengan lagu lain. Karena yang kami mainkan kan memang yang muncul di benak. Dan ketika kami pernah mendengar satu lagu, otomatis itu juga jadi sesuatu yang menempel di benak. Bisa muncul sewaktu-waktu tanpa kami sengaja…,” tambah Kiki, sang gitaris. 

    Berbekal pengalaman itulah, kini Rian, Kiki dan yang lain lebih berhati-hati. Setiap bagian lagu yang mereka buat didengar lagi berulang-ulang sebelum akhirnya diputuskan untuk dipakai.

    “Kalau ada keraguan, mirip lagu ini-itu, segera kami rubah atau bahkan buang sekalian!” sergah Rian. 

    Bisa jadi lantaran itu juga, biarpun masih mengandalkan dasar pop dengan balutan rock, lagu-lagu yang tersaji di album ini cenderung lebih variatif dibanding album sebelumnya. Tak melulu berkutat dengan power ballad yang manis, d’Masiv coba bereksperimen dengan genre lain. 

    Sebut saja groove dansa yang cukup terasa di Semakin. Atau aroma bluesy yang mencuat di Apa Salahku serta Menanti Keajaiban Sementara genre yang akhirnya menjadi trademark d’Masiv tetap tak tertinggal: slow dan power pop rock.

    Singel Rindu 1/2 Mati, bisa jadi contoh paling nyata. Tak berusaha keras untuk menjadi berbeda, singel ini polos mengusung segala apa yang selama ini jadi kekuatan d’Masiv. Melodi manis yang membalut barisan lirik sederhana namun mengena, disampaikan dengan gaya Rian yang – suka atau tidak – sangat pas untuk lagu macam ini.

    Selain Rindu…, masih banyak singel “beracun” lainnya yang tertebar di album berisi total 14 lagu – 12 lagu baru plus 2 singel dari mini-album Special Edition lalu. Coba saja simak Sudahi Perih Ini, juga dua trek yang sangat kental infusi akustiknya, Jatuh Cinta Lagi serta Jangan Pergi.

    Toh, sebagai band yang juga besar di panggung, Rian cs. tak jadi terlena dengan buaian “racun” ballad. Beberapa trek di album ini juga di-set sebagai “pembakar” panggung. Lengkap dengan part-part di mana para personil leluasa berbagi gimmick dan berimprovisasi dengan penonton. 

    Ungkapkan Saja bisa jadi contoh menarik tentang kepiawaian band ini bermain dengan progresi kord sehingga sebuah lagu jadi terdengar anthemic tanpa harus terkesan ngotot. Sangat pas dimainkan sebagai penggugah massa di atas panggung. Begitupun Kecanduan (? – trek 14) yang beat-nya sejak awal mengajak kaki mengentak. 

    “Secara garis besar, kami cukup puas dengan apa yang sudah kami kerjakan di album ini. Kami sama sekali tak terbeban saat membuat album ini. Tak seperti cerita-cerita band lain yang konon banyak merasakan tekanan ketika masuk ke album kedua. Proses kami (seperti) mengalir begitu saja…,” simpul Rian. 

    Perubahan telah mengantar Rian cs. ke sebuah Perjalanan. Sampai di mana ujung perjalanan itu? Tak ada yang tahu. Bisa jadi lurus namun singkat saja, bukan tak mungkin panjang tapi berliku dan penuh batu. Apapun, rasanya tak ada salahnya jika kita ikut menikmati perjalanan sebuah band bernama d’Masiv ini. Bukan begitu? 


    ****


    Official Website Masivers 

dmasiv

  • d'Masiv


    d'Masiv adalah band yang terbentuk di Ciledug pd tanggal 03 Maret 2003. sekumpulan anak muda yang gemar bermain musik rajin ikut festival dan parade band yang pernah ada dan Menjadi bintang tamu dalam beberapa event musik yang ada di jakarta dan sekitarnya. Mereka adalah:
    Vocal:Rian Ekky Pradipta 
    (Rian)
    Lahir di Jogjakarta 17 Nov 86 
    Guitar:Dwikky Aditya Marsall (Kiki)
    Lahir di Jogjakarta 23 Nov 88
    Guitar:Nurul Damar Ramadhan 
    (Rama)
    Lahir di Jakarta 2 Mei 87
    Bass:Rayyi Kurniawan I.D.
    (Rai)
    Lahir di Jakarta 3 Mar 88
    Drum:Wahyu Piadji
    (Why)
    Lahir di Jakarta 1 Feb 87
    Setelah menjelajahi berbagai festival yang ada akhirnya d'Masiv mengakhiri pertempurannya di ajang festival dengan menjuarai Festival Musik akbar yang diselenggarakan oleh Deteksi Prod, disponsori oleh A mild (Sampoerna), dan didukung oleh Musica Studio yang dinamakan A Mild Live Wanted. Alhamdulillah d'Masiv berhasil menjadi 1st Winner dari A Mild Live Wanted Rising Star ., d'Masiv telah Mengeluarkan album PerdanaNya yg bertitle PERUBAHAN with hits single 'CINTA INI MEMBUNUHKU', 'DI ANTARA KALIAN', 'DIAM TANPA KATA', dsb,. sebagai hadiah utama dr memenangkan ajang A Mild Live Wanted ini. Semoga kehadiran d'Masiv dibelantika musik Indonesia dpt diterima oleh masyarakat & memberi perubahan positif secara universal bwt musik indonesia., Amiiin.,
  • Who I Want to Meet: 
    PERJALANAN

    Rian (vokal)
    Kiki (gitar) 
    Rama (gitar)
    Rayyi (bas)
    Why (drum) 

    Tak berpuas diri dengan mencetak rekor RBT-NSP total sekitar 7,5 juta kali unduh lewat dua rilisan sebelumnya – Perubahan (2008) dan Special Edition (mini-album, 2009) – d’Masiv bersiap melepas Perjalanan, album teranyar di penghujung tahun ini. 

    Bukan tanpa alasan jebolan ajang kompetisi band A Mild Live Wanted 2007 ini, meniteli album tersebut, Perjalanan. 

    “Seluruh materinya kami buat di sela-sela tur, atau di perjalanan. Sehingga kata ‘perjalanan’ memang paling pas buat menggambarkan album ini,” tutur Rian, vokalis, yang menyiptakan hampir seluruh materi di album ini. 

    Biar begitu, Rian dan kawan-kawan sama sekali tak merasa terbebani selama menjalani proses produksi album ini. Bahkan jika dibanding album debut, yang prosesnya disebut Rian bak “dikejar-kejar setan”, Perjalanan sepenuhnya dikerjakan dalam suasana rileks, in-control. 

    “Kami semua punya cukup waktu untuk merevisi apa yang kami dengar dan rasa kurang. Kami pun punya keleluasaan untuk membuat lagu seperti yang kami inginkan,” terang Rian lagi. 

    Hal itu, tambah Rian, tak terjadi di album perdana. Mengejar deadline, kebanyakan materi yang ada di album terdahulu tercipta dengan metode jamming di studio. Tanpa kemudian didengar secara lebih detail terlebih dahulu, materi yang sudah disetujui oleh label – Musica Studio’s – langsung diusung ke dapur rekaman. 

    Hasilnya, 

    “Setelah dirilis ada saja yang menuduh kami sengaja menjiplak band ini atau itu. Padahal, itu tidak benar. Ketika jamming, apapun bisa terjadi. Termasuk munculnya nada-nada yang terdengar mirip dengan lagu lain…,” ujar Rian. 

    “Ya. Ketika jamming, kami tak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang kami mainkan. Jadi mungkin saja kalau kemudian muncul melodi atau bagian yang mirip dengan lagu lain. Karena yang kami mainkan kan memang yang muncul di benak. Dan ketika kami pernah mendengar satu lagu, otomatis itu juga jadi sesuatu yang menempel di benak. Bisa muncul sewaktu-waktu tanpa kami sengaja…,” tambah Kiki, sang gitaris. 

    Berbekal pengalaman itulah, kini Rian, Kiki dan yang lain lebih berhati-hati. Setiap bagian lagu yang mereka buat didengar lagi berulang-ulang sebelum akhirnya diputuskan untuk dipakai.

    “Kalau ada keraguan, mirip lagu ini-itu, segera kami rubah atau bahkan buang sekalian!” sergah Rian. 

    Bisa jadi lantaran itu juga, biarpun masih mengandalkan dasar pop dengan balutan rock, lagu-lagu yang tersaji di album ini cenderung lebih variatif dibanding album sebelumnya. Tak melulu berkutat dengan power ballad yang manis, d’Masiv coba bereksperimen dengan genre lain. 

    Sebut saja groove dansa yang cukup terasa di Semakin. Atau aroma bluesy yang mencuat di Apa Salahku serta Menanti Keajaiban Sementara genre yang akhirnya menjadi trademark d’Masiv tetap tak tertinggal: slow dan power pop rock.

    Singel Rindu 1/2 Mati, bisa jadi contoh paling nyata. Tak berusaha keras untuk menjadi berbeda, singel ini polos mengusung segala apa yang selama ini jadi kekuatan d’Masiv. Melodi manis yang membalut barisan lirik sederhana namun mengena, disampaikan dengan gaya Rian yang – suka atau tidak – sangat pas untuk lagu macam ini.

    Selain Rindu…, masih banyak singel “beracun” lainnya yang tertebar di album berisi total 14 lagu – 12 lagu baru plus 2 singel dari mini-album Special Edition lalu. Coba saja simak Sudahi Perih Ini, juga dua trek yang sangat kental infusi akustiknya, Jatuh Cinta Lagi serta Jangan Pergi.

    Toh, sebagai band yang juga besar di panggung, Rian cs. tak jadi terlena dengan buaian “racun” ballad. Beberapa trek di album ini juga di-set sebagai “pembakar” panggung. Lengkap dengan part-part di mana para personil leluasa berbagi gimmick dan berimprovisasi dengan penonton. 

    Ungkapkan Saja bisa jadi contoh menarik tentang kepiawaian band ini bermain dengan progresi kord sehingga sebuah lagu jadi terdengar anthemic tanpa harus terkesan ngotot. Sangat pas dimainkan sebagai penggugah massa di atas panggung. Begitupun Kecanduan (? – trek 14) yang beat-nya sejak awal mengajak kaki mengentak. 

    “Secara garis besar, kami cukup puas dengan apa yang sudah kami kerjakan di album ini. Kami sama sekali tak terbeban saat membuat album ini. Tak seperti cerita-cerita band lain yang konon banyak merasakan tekanan ketika masuk ke album kedua. Proses kami (seperti) mengalir begitu saja…,” simpul Rian. 

    Perubahan telah mengantar Rian cs. ke sebuah Perjalanan. Sampai di mana ujung perjalanan itu? Tak ada yang tahu. Bisa jadi lurus namun singkat saja, bukan tak mungkin panjang tapi berliku dan penuh batu. Apapun, rasanya tak ada salahnya jika kita ikut menikmati perjalanan sebuah band bernama d’Masiv ini. Bukan begitu? 


    ****


    Official Website Masivers